BAB I
PENDAHULUAN
1.1 A. Latar
Belakang Masalah
Secara matematis, bumi kita terdiri dari 2/3 perairan dan 1/3 daratan. Itu artinya sebagian besar bumi kita
ini terdiri dari air. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita mempelajari segala
sesuatu yang berhubungan dengan bagian terbesar dari bumi kita ini, baik itu
pengetahuan yang sudah umum maupun yang masih terselubung.
1.2
B. Perumusan
Masalah
Apa saja yang akan kita
bahas dalam makalah ini?
·
Perairan Darat
·
Perairan Laut
1.3 C.
Tujuan
Penyusunan Makalah
Tujuan
saya menyusun makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
seluk beluk perairan baik bagi saya selaku penyusun pada khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya.
1.4
D.Metode
Penyusunan Makalah
Metode
yang saya gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi pustaka. Metode
studi pustaka adalah sebuah metode dalam pembuatan makalah yang sumber
informasinya didapatkan dari buku dan internet ditambah dengan pengetahuan dan
wawasan yang saya miliki.
BAB II
PEMBAHASAN
Perairan
Darat
Perairan darat adalah semua bentuk
perairan yang terdapat di darat. Bentuk perairan yang terdapat di darat
meliputi mata air, air yang mengalir di permukaan bergerak menuju ke
daerah-daerah yang lebih rendah membentuk sungai, danau, rawa dan lain-lain
yang memiliki suatu pola aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai (DAS).
2.1 Hidrosfer
Hidrosfer adalah lapisan
air yang menutupi permukaan bumi. Lapisan air yang menutupi permukaan bumi
membentuk samudera, laut, rawa, danau, sungai, tumpukan es, awan, uap dan
lain-lain. Air yang terdapat di permukaan bumi dapat berbentuk padat (seperti
es, gletser), berbentuk air (seperti air sungai, air danau, air laut),
dan berbentuk gas (seperti awan dan uap di udara /atmosfer). Perlu juga
diketahui bahwa jumlah air di bumi ini tetap, akibat adanya sinar matahari
terjadi siklus (daur) air. Proses terjadinya siklus air dapat dipelajari melalui uraian berikut:
a. Siklus Air Kecil
Karena
terjadi pemanasan oleh sinar matahari, air di laut/lautan menguap, membubung di
udara. Di udara uap air mengalami penurunan suhu karena perbedaan ketinggian
(setiap naik 100 meter suhu udara turun 0,5°C). Dengan demikian semakin ke atas
suhu udara semakin rendah, sehingga terjadi proses kondensasi (pengembunan). Uap
air berubah menjadi butir-butir air terkumpul menjadi awan atau mendung dan
akhirnya jatuh ke permukaan laut/lautan sebagai hujan.
b. Siklus Air Sedang
Uap air
yang berasal dari laut/lautan ditiup angin bergerak sampai di atas daratan
bergabung dengan uap air yang berasal dari sungai, danau, tumbuh-tumbuhan dan
benda-benda lainnya. Setelah mencapai ketinggian tertentu uap air berkondensasi
membentuk butir-butir air terkumpul menjadi awan dan jatuh di atas daratan
sebagai hujan. Air hujan yang jatuh di daratan mengalir kembali ke laut melalui
sungai, permukaan tanah dan melalui resapan di dalam tanah.
c. Siklus Air Besar
Uap air
yang berasal dari laut/lautan setelah sampai di atas daratan karena dibawa
angin bergabung dengan uap air yang berasal dari danau, sungai, rawa,
tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya. Uap yang telah bergabung tersebut
tidak saja berkondensasi bahkan membeku, membentuk awan yang terdiri dari
kristal-kristal es. Kristal-kriatal es turun ke daratan sebagai salju, salju mencair
dan mengalir sebagai gletser kemudian akhirnya kembali lagi ke laut.
Holtzman
memberikan gambaran siklus air secara keseluruhan sebagai berikut: akibat
pemanasan oleh sinar matahari air yang ada di laut, sungai, danau, rawa dan
benda-benda lainnya menguap membubung ke angkasa. Setelah mencapai ketinggian
tertentu (karena pengaruh suhu) uap air berubah menjadi awan atau titik-titik
air. Awan turun ke permukaan bumi berupa hujan. Sebagian air hujan turun di
permukaan laut dan sebagian lainnya turun di atas daratan. Air hujan yang turun
di darat sebagian disimpan menjadi air tanah dan sebagian lagi mengalir kembali
ke laut melalui sungai.
2.2 Danau
Danau merupakan suatu
daratan yang cekung (basin) yang digenangi air yang cukup banyak. Air yang
menggenangi danau bisa berasal dari mata air, air tanah, air sungai yang
berpelepasan atau bermuara di danau tersebut atau bisa juga berasal dari air
hujan. Air yang mengisi danau biasanya air tawar, contohnya Danau Toba di
Sumatera Utara, Danau Poso di Sulawesi Tengah, dan Riam Kanan di Kalimantan
Selatan. Selain air tawar ada juga danau yang airnya asin (memiliki kadar garam
tinggi) seperti Danau Kaspia, Danau Laut Mati, Danau Laut Aral, Great Salt dan
lain-lain. Mengapa ada danau yang airnya asin? Hal ini terjadi karena di danau
terjadi penguapan yang sangat tinggi. Di samping itu air yang masuk ke danau
tersebut biasanya tidak berpelepasan atau tidak mengalir lagi ke tempat lain.
Berdasarkan
proses kejadiannya danau dibedakan menjadi 6 macam yaitu Danau Tektonik,
Vulkanik, Tektono-Vulkanik, Karst, Glasial dan Waduk atau Bendungan.
1)
Danau Tektonik, yaitu danau yang terjadi akibat adanya peristiwa
tektonik seperti gempa. Akibat gempa terjadi proses patahan (fault) pada
permukaan tanah. Permukaan tanah yang patah mengalami pemerosotan atau ambles
(subsidence) dan menjadi cekung. Selanjutnya bagian yang cekung karena ambles
tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Danau jenis ini contohnya danau
Poso, danau Tempe, danau Tondano, dan danau Towuti di Sulawesi. Danau
Singkarak, danau Maninjau, dan danau Takengon di Sumatera.
2)
Danau Vulkanik atau danau Kawah, yaitu danau yang terdapat pada kawah
lubang kepunden bekas letusan gunung berapi. Ketika gunung meletus batuan yang
menutup kawasan kepunden rontok dan meninggalkan bekas lubang di sana. Ketika
terjadi hujan lubang tersebut terisi air dan membentuk sebuah danau. Contoh
danau jenis ini ialah danau Kelimutu di Flores, Kawah Bromo, danau gunung
Lamongan di Jawa Timur, danau Batur di Bali danau Kerinci di Sumatera Barat
serta Kawah gunung Kelud.
3)
Danau Tektono-Vulkanik, yaitu danau yang terjadi akibat proses gabungan
antara proses vulkanik dengan proses tektonik. Ketika gunung berapi meletus,
sebagian tanah/batuan yang menutupi gunung patah dan merosot membentuk
cekungan. Selanjutnya cekungan tersebut terisi air dan terbentuklah danau.
Contoh danau jenis ini adalah danau Toba di Sumatera Utara.
4)
Danau Karst. Danau jenis ini disebut juga Doline, yaitu danau
yang terdapat di daerah berbatu kapur. Danau jenis ini terjadi akibat adanya
erosi atau pelarutan batu kapur. Bekas erosi membentuk cekungan dan cekungan
terisi air sehingga terbentuklah danau.
5)
Danau Glasial, danau yang terjadi karena adanya erosi gletser.
Pencairan es akibat erosi mengisi cekungan-cekungan yang dilewati sehingga
terbentuk danau. Contoh danau jenis ini terdapat di perbatasan antara Amerika
dengan Kanada yaitu danau Superior, danau Michigan dan danau Ontario.
6)
Waduk atau Bendungan, adalah danau yang sengaja dibuat oleh manusia.
Pembuatan waduk biasanya berkaitan dengan kepentingan pengadaan listrik tenaga
air, perikanan, pertanian dan rekreasi. Contoh danau jenis ini misalnya
Saguling, Citarum dan Jatiluhur di Jawa Barat, Riam Kanan dan Riam Kiri di
Kalimantan Selatan, Rawa Pening, Kedung Ombo dan Gajah Mungkur di Jawa Tengah.
2.3 Rawa
Rawa atau paya-paya adalah daerah rendah yang selalu tergenang air. Air
yang menggenangi rawa bisa berupa air hujan, air sungai maupun dari sumber mata
air tanah. Ada dua jenis rawa yaitu:
1)
Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian, dan
2)
Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian.
Rawa jenis pertama tidak memiliki pintu
pelepasan air sehingga airnya selalu tergenang. Sedangkan rawa jenis kedua
memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya berganti.
Rawa yang airnya tidak mengalami
pergantian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Airnya asam atau payau, berwarna merah, kurang bagus untuk mengairi tanaman dan tidak dapat dijadikan air minum. Kadar keasaman air (pH) mencapai 4,5.
- Karena airnya asam, maka tidak banyak organisme (hewan maupun tumbuh-tumbuhan) yang hidup.
- Pada bagian dasar rawa umumnya tertutup gambut yang tebal.
Sedangkan rawa yang airnya mengalami
pergantian memiliki ciri-ciri yang sebaliknya yaitu:
- Airnya tidak terlalu asam.
- Banyak organisme yang hidup seperti cacing tanah, ikan serta tumbuh-tumbuhan rawa seperti eceng gondok, pohon rumbia dan lain-lain.
- Dapat diolah menjadi lahan pertanian.
Keberadaan rawa banyak manfaatnya bagi
kehidupan kita, manfaat rawa bagi kehidupan kita antara lain:
- Tumbuhan rawa seperti eceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas dan barang-barang kerajinan anyaman seperti tas, dompet, hiasan dinding dan lain-lain,
- Dapat dijadikan daerah pertanian pasang surut,
- Sebagai lahan untuk usaha perikanan darat, dan
- Dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.
Rawa merupakan salah satu ekosistem
perairan darat yang harus kita jaga kelestariannya. Untuk menjaga kelestarian
rawa dapat ditempuh beberapa cara antara lain:
- Tidak sembarangan menebangi pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di rawa.
- Tidak membuang limbah ke rawa, karena dapat membahayakan kehidupan organisme di dalamnya.
2.4 Air
Tanah
Di sekitar kita (di permukaan tanah),
dapat kita saksikan adanya air sumur, sungai, danau, rawa dan lain-lain.
Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan air yang mempersatukan
kumpulan air yang ada di permukaan. Kumpulan air inilah yang disebut air
tanah. Pengambilan air tanah dapat
dilakukan dengan menimba, memompa atau mengalirkan air dari sebuah mata air.
Dimanakah air tanah berada? Air tanah berada pada pori-pori dan celah-celah
batuan. Kalau Anda memperhatikan permukaan air sumur, maka akan Anda lihat
bahwa dalamnya permukaan air sumur di berbagai tempat tidak sama. Ada daerah
tertentu misalnya di daerah pantai atau di pinggir sungai, mungkin cukup
menggali 2 meter kita telah memperoleh air tanah, tetapi di daerah gunung
mungkin kita perlu menggali hingga kedalamannya mencapai 10 atau 15 meter untuk
memperoleh air tanah. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan topografi.
Perbedaan jenis tanah juga mempengaruhi kedalaman permukaan air tanah.
Contohnya di daerah gurun kedalamannya bisa mencapai 50 meter atau lebih,
sehingga jarang tumbuh-tumbuhan yang hidup di situ karena akar tumbuhan tidak
mampu menjangkau permukaan air. Penyebab lainnya adalah faktor musim. Pada
musim kemarau permukaan air tanah akan lebih dalam jika dibandingkan pada musim
penghujan.
Ada bermacam-macam jenis air tanah :
1)
Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah
permukaan (Freatik) dan air tanah dalam.
a.
Air tanah permukaan (Freatik) adalah
air tanah yang terdapat di atas lapisan tanah/batuan yang tidak tembus air (impermeable).
Air yang ada di sumur-sumur, sungai, danau dan rawa termasuk jenis ini.
b.
Air tanah dalam, adalah air tanah yang
terdapat di bawah lapisan tanah/ batuan yang tidak tembus air (impermeable).
Untuk memperoleh air tanah jenis ini harus dilakukan pengeboran. Sumur bor atau
artesis merupakan salah satu contoh sumur yang airnya berasal dari air tanah
dalam.
2)
Menurut asalnya air tanah dapat dibedakan menjadi air tanah yang berasal dari atmosfer
(angkasa) dan air tanah yang berasal dari dalam perut bumi.
a.
Air tanah yang berasal dari atmosfer
disebut meteoric water, yaitu air tanah berasal dari hujan dan pencairan salju.
b.
Air tanah yang berasal dari dalam bumi
misalnya air tanah turbir (yaitu air tanah yang tersimpan di dalam
batuan sedimen) dan air tanah juvenil yaitu air tanah yang naik dari
magma bila gas-gasnya dibebaskan melalui mata air panas.
Ada 4 wilayah air tanah yaitu:
- Wilayah yang masih terpengaruh udara. Pada bagian teratas dari permukaan bumi terdapat lapisan tanah yang mengandung air. Karena pengaruh gaya berat (gravitasi), air di wilayah ini akan bebas bergerak ke bawah. Tumbuh-tumbuhan memanfaatkan air pada lapisan ini untuk menopang kelangsungan hidupnya.
- Wilayah jenuh air. Wilayah inilah yang disebut dengan wilayah kedalaman sumur. Kedalaman wilayah ini tergantung pada topografi, jenis tanah dan musim.
- Wilayah kapiler udara. Wilayah ini merupakan peralihan antara wilayah terpengaruh udara dengan wilayah jenuh air. Air tanahnya diperoleh dari proses kapilerisasi (perembesan naik) dari wilayah jenuh air.
- Wilayah air dalam. Wilayah ini berisikan air yang terdapat di bawah tanah/batuan yang tidak tembus air.
2.5 Sungai
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari
tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut,
danau, rawa, atau ke sungai yang lain.
Sungai
merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat sungai bisa berasal dari air hujan,
bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang mengalir (Gletser).
Ke mana air itu mengalir? Air mengalir bisa ke laut, ke danau, ke rawa, ke
sungai lain dan bisa juga ke sawah-sawah. Ada bermacam-macam jenis sungai.
Berdasarkan sumber airnya sungai
dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan
sungai campuran.
1.
Sungai Hujan, adalah
sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya
adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
2.
Sungai Gletser, adalah
sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar
murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada,
namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg. Himalaya)
dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat
dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
3.
Sungai Campuran, adalah
sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan
dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai
Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
4.
Berdasarkan debit airnya (volume airnya),
sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai
episodik, dan sungai ephemeral.
a.
Sungai Permanen, adalah
sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini
adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi,
Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b.
Sungai Periodik, adalah
sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau
airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya
sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai
Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
c.
Sungai Episodik, adalah
sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak.
Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
d.
Sungai Ephemeral, adalah
sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai
jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai
jenis ini airnya belum tentu banyak.
Berdasarkan asal kejadiannya
(genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai konsekuen, sungai
subsekuen, sungai obsekuen, sungai resekuen dan sungai insekuen.
a)
Sungai Konsekuen, adalah
sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
b)
Sungai Subsekuen atau strike valley
adalah
sungai yang aliran airnya mengikuti strike batuan.
c)
Sungai Obsekuen, adalah
sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau
berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai
subsekuen.
d)
Sungai Resekuen, adalah
sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan batuan dan
bermuara di sungai subsekuen.
e)
Sungai Insekuen, adalah
sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi maupun struktur geologi.
Berdasarkan struktur geologinya sungai
dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden dan sungai sungai superposed.
a)
Sungai Anteseden, adalah
sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun ada struktur
geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya,
sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
b)
Sungai Superposed, adalah
sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan
yang menutupinya.
Berdasarkan pola alirannya sungai
dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik, trellis, rektanguler dan
pinate.
a.
Radial atau Menjari, jenis ini
dibedakan menjadi dua yaitu:
a)
Radial
sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar
meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk
kerucut.
b)
Radial
sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju
ke pusat. Pola ini terdapat di daerah basin (cekungan).
b.
Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti
pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini
biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
a)
c. Trellis, adalah pola aliran
yang menyirip seperti daun.
b)
d. Rektangular, adalah pola
aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
c)
e. Pinate, adalah pola aliran di
mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
d)
f. Anular, adalah pola aliran
sungai yang membentuk lingkaran.
Bagian-bagian dari sungai bisa
dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, bagian tengah, dan
bagian hilir.
a) Bagian Hulu, Bagian hulu memiliki
ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah erosinya (terutama bagian
dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan lerengnya cembung (convecs),
kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.
b) Bagian Tengah, Bagian tengah mempunyai
ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai berkurang, arah
erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal),
palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi)
dan sering terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180°
atau lebih.
c)
Bagian Hilir, Bagian
hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke
samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang
terjadi delta serta palungnya
lebar.
2.6 Pemanfaatan
Perairan Darat
Perairan darat antara
lain dapat kita manfaatkan untuk kepentingan sumber air minum, sumber tenaga,
irigasi, perikanan darat, transportasi, bahan baku industri, rekreasi dan
olahraga air.
a. Air Minum, Air yang kita minum
sehari-hari baik yang berasal dari air sumur, air PAM, air danau atau sungai
dan lain-lain merupakan bagian dari perairan darat.
b. Sumber tenaga (energy), Perairan
darat dapat kita manfaatkan sebagai sumber tenaga, misalnya untuk pembangkit
listrik tenaga air dan sebagai sarana transportasi.
c. Irigasi, Perairan darat dapat
kita manfaatkan sebagai sarana irigasi. Dengan demikian kita
- dapat melakukan berbagai usaha pertanian dan perkebunan.
- Perikanan Darat, Berbagai usaha produksi perikanan darat (seperti ikan mas, lele, belut, nila, dll) dapat kita jalankan berkat adanya sistem perairan darat. Majunya usaha perikanan darat di samping meningkatkan penghasilan juga meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
- Sarana Transportasi, Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan sebagai sarana transportasi. Contohnya banyak sungai-sungai di pulau Kalimantan dan Sumatera yang dimanfaatkan sebagai sarana transportasi.
- Bahan baku industri, Pemanfaatan air sebagai bahan baku industri misalnya dalam memproduksi listrik tenaga air. Contoh lainnya PT. Inalum di Sumatera Utara memanfaatkan air sungai Asahan dalam proses produksi aluminiumnya.
- Rekreasi, Waduk-waduk, rawa, danau ataupun sumber-sumber air panas merupakan tempat yang dapat kita jadikan sebagai sarana rekreasi yang menarik.
- Olah raga air, Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan sebagai sarana olah raga seperti renang, selam, kano dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Kuswanto. 2010. The Essentials of Geography. Solo: Evo Bilingual.
Setiawan, Hendri, Drs., S.E, M.Pd. 2011. Tes Potensi Akademik Kelas 9. Bandung:
Media Press.
Sunarto. 2008. IPS untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Waldopo, Drs., M.Pd. 2008. Perairan Darat dan
Laut. Yogyakarta: Elcom UMY.
Wikipedia. Januari 2011.
Ensiklopedia Bebas. [www.wikipedia.org].
No comments:
Post a Comment